Merantau sebuah pilihan

Karatau madang duhulu
Babuah babungo balun
Karantau Dagang dahulu
Dirumah Baguno balun.
Merantau
Dulu orang merantau hanya untuk mencari pengalaman saja karena dikampung 0rang meresa kurang berkembang. Namun pada beberapa tahun terakhir ini merantau merupakan pilihan hidup.Yang merantaupun hanya di dominasi oleh kaum muda saja. Kebanyakkan dari mereka merantau tanpa tujuan pasti, dan akan pulang jika berhasil untuk membangun rumah tangga. batasan usia tidak lagi  memrpengaruh orang untuk merantau.
Dekade awal 90-an merupakan episode baru bagi masyarakat Saningbaka. Pada tahun-tahun ini jumlah perantau kita mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Dari sisi usia  mereka yang mulai meantaupun  sangat beragam. Faktor umur tidak lagi menjadi halangan bagi mereka untuk memulai kehidupan baru di rantau , Sebut saja Alm H. Thamrin katik yang memulai langkah di perantauan di bilangan Jakarta Timur kala itu sudah berusia lebih dari 60 tahun,  atau H. Muchrizal yang merantau ke Cibinong Bogor Pada usia mendekati 50 tahun. Serta masih banyak lagi yang  merantau dalam usia yang sudah tidak muda lagi pada saat itu.
mengapa kita harus merantau  .
Banyak alasan yang menyebabkan mengapa masyarakat kita berfikir untuk melangsungkan hidup dan kehidupannya di rantau orang. Diantaranya kesulitan ekonomi yang melanda hampir seluruh sector di kampung saat itu, serta adanya daya tarik dari perantau yang telah tebih dahulu memulai kehidupan di ranah rantau.
Merantau besar- besaran orang Saningbaka bermula akibat kesulitan ekonomi yang dialami pada pertengahan tahun 80-an. Titik awak kesulitan hidup di kampung dirasakan oleh masyarakat kita, karena menurunnya hasil pertanian akibat serangan berbagai macam penyakit (hama) serta rendahnya nilai jual dari hasil yang di dapatkan oleh petani kita. Rentetan dari situasi ini membuat banyak masyarakat kita berfikir untuk hidup di rantau.
Keberhasilan demi keberhasillan yang muncul kepermukaan semakin membuat orang di kampung terkesima dan lebih mendorong anak keponakannya unuk memilih hidup di perantauan. Dari data yang dihimpun oleh team Majalah Saran lebih dari 80 persen anak usia tamat SLTA memilih hidup merantau setiap tahunnya. Jumlah ini akan selalu meningkat setiap tahun tanpa ada ujungnya.
Apakah kondisi ini akan terus kita biarkan atau ada kah jalan yang tepat untuk memininmalisirnya ?
Ini adalah PR kita semua. Semua elemen mayaraka memang dituntut untuk berfikir dan berbuat untuk mengatasi ini semua. Jargon kembali kenagari adalah momen tepat untuk mengurangi angka perantau Saniangbaka masa depan. Tapi dengan jargon saja juga tidaklah cukup, lalu apa solusi yang harus kita atarakan pada mereka agar maqsyarakat merasa nyaman hidup dikampung?. Jawabanya adalah sumber ekonomi yang terus hidup untuk kehidupan kita. (GS)
Sumber : Majalah Saran Edisi : 10/Tahun IV/201